Sektor
yang masih mengalami pertumbuhan pada triwulan I tahun 2015 menurut Detik
Finance diantaranya :
- Aneka Industri. Awal tahun 1.300,555 dan akhir Maret 1.452,684, menguat 11,6%.
- Konsumer. Awal tahun 2.205,275 dan akhir Maret 2.335,958, naik 5,9%.
- Konstruksi. Awal tahun 532,963 dan akhir Maret 560,941, tumbuh 5,2%.
- Finansial. Awal tahun 733,319 dan akhir Maret 829,753, melesat 13,1%.
- Perdagangan. Awal tahun 881,191 dan akhir Maret 995,759, melonjak 13%.
- Manufaktur. Awal tahun 1.340,496 dan akhir Maret 1.380,533, bertambah 2,9%.
Sementara sektor saham yang turun di
triwulan I-2015:
- Agrikultur. Awal tahun 2367,086 dan akhir Maret 2.299,779, turun 2,8%.
- Pertambangan. Awal tahun 1.368,873 dan akhir Maret 1.283,610, jatuh 6,2%
- Industri Dasar. Awal tahun 541,833 dan akhir Maret 481,767, anjlok 11%.
- Infrastruktur. Awal tahun 1.156,630 dan akhir Maret 1.100,748, berkurang 4,8%.
Sektor menguntungkan :
Sektor Konstruksi
Pasar
konstruksi dan sektor bahan bangunan Indonesia telah berkembang secara
signifikan, didorong oleh pesatnya pertumbuhan pasar properti atau real estate
dalam negeri, peningkatan investasi swasta dan belanja pemerintah. Konstribusi
sektor konstruksi terhadap produk domestik bruto (PDB) tanah air telah tumbuh
dari sekitar 7,07 persen di tahun 2009 menjadi 13 persen pada 2014 dan telah
mendorong pertumbuhan industri bahan bangunan dan konstruksi Indonesia.
Sementara
itu pasar konstruksi diproyeksikan tumbuh sebesar 14,26 persen mencapai Rp446
triliun pada tahun 2015 dan akan menjadi salah satu sektor yang paling
menjanjikan berkat percepatan rencana pembangunan infrastruktur pemerintah.
Sektor
konstruksi memiliki peranan penting dalam perekonomian negara karena
mempengaruhi sebagian besar sektor perekonomian negara dan merupakan
kontributor penting bagi proses pembangunan infrastruktur yang menyediakan
fondasi fisik di mana upaya pembangunan dan peningkatan standar kehidupan dapat
terwujud.
Oleh
karena itu, seiring dengan persiapan sektor konstruksi menuju perkembangan
lebih lanjut, kebutuhan akan kanal yang dapat mewadahi berbagai peluang bisnis
pun meningkat. Tahun ini, pemerintah Indonesia menargetkan angka pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,8 persen dengan sektor infrastruktur sebagai faktor pendorong
utama.
Pertumbuhan tersebut mencerminkan
kualitas sektor konstruksi akan berbanding lurus dengan kualitas pertumbuhan
ekonomi secara nasional. Dengan potensi pasar konstruksi mencakup 67 persen
pasar ASEAN, Indonesia akan menjadi magnet pasar konstruksi, baik regional
maupun internasional.
Sektor mengalami penurunan
Sektor Ritel
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Ritel Indonesia (Aprindo) Pudjianto mengatakan bahwa tahun ini industri ritel
akan mengalami hadangan besar. Pasalnya dia menyebut tahun ini industri ritel akan sulit untuk berkembang.
Beliau juga menyebut pertumbuhan pasar ritel di Tanah Air tak tembus 10%,
tergerus dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Salah
satu penyebab tidak berkembangnya ritel tahun ini adalah
lantaran daya beli masyarakat yang menurun. Seperti contoh bila dahulu dalam
satu rumah hanya mempunyai satu motor namun sekarang dapat mempunyai lebih dari
satu motor dengan kredit. Beban biaya
cicilan seperti motor atau barang lain itulah yang membuat daya beli masyarakat
untuk bahan pokok menurun.
Perlambatan tersebut juga
disebabkan beberapa faktor kondisi perekonomian makro seperti masalah pelemahan
kurs rupiah dan juga kenaikan harga bahan bakar minyak. Hal itu diperburuk
dengan Anggaran Belanja Pendapatan Negara Perubahan (APBN-P) yang masih belum
turun.
No comments:
Post a Comment